Akhir September 2015,
seorang teman merekomendasikan sebuah group musik kepada saya. Namanya
"Silampukau", judul albumnya "Dosa, Kota dan Kenangan". Segera setelah
itu, saya segera mendownload album tersebut. Namun karena berbagai
kesibukan, album tersebut belum sempat saya dengar. Album itu tercecer
pada katalog file band indie yang saya koleksi.
Hingga kemarin sore, tak sengaja saya mendengar sebuah lagu bernuansa folk diputar disebuah
warung kopi langganan saya. Penasaran, saya bertanya kepada barista
yang menyetel lagu tersebut. "Judulnya apa bro? Lagunya bagus".
Barista tersebut menjawab, "lupa judulnya, tapi ini lagu silampukau".
Saya terkejut, teringat bahwa albumnya Silampukau telah saya koleksi
tanpa sekalipun belum pernah memutarnya. Begitu kembali ke kost, saya
langsung menyetel album tersebut, dan akhirnya saya terkesima.
Dosa, Kota dan Kenangan. Jujur saja, judul album ini menurut saya
lebih mirip judul sebuah Novel fiksi, ditambah cover album yang
bernuansa dark nan gothic, secara kasat mata menambah kesan horor. Tapi
begitu didengar, semua anggapan ini menguap begitu saja. Album ini
sungguh manis. secara harfiah dalam jumlah personil dan kelengkapan
instrumen musik yang mendukung mereka, Silampukau memiliki sesuatu yang
menarik perhatian, lirik. Dan mereka menyampaikannya melalui sesuatu
yang benar-benar melebihi ekspektasi siapapun, atau paling tidak saya.
10 lagu dalam album ini bercerita tentang kehidupan manusia yang
terkatung-katung di antara masa silamnya yang tak terlalu elok dan masa
depan yang entah mau diapakan. Antara gelak dan kenangan yang
berpilin-pilin, antara kenangan didesa yang bertransformasi menjadi
kota, sehingga segan untuk dirindukan, tetapi sangat manis jika
dilupakan.
Penggambaran cinta dalam album ini tak murahan. Bukan
kisah cinta remaja zaman sekarang yang kenalan pagi malamnya jadian.
Tapi penggambarannya ibarat kisah 2 remaja yang menjalin hubungan sejak
bocah hingga dewasa yang sama-sama saling mencintai tapi tak berani
saling mengungkapkan, lalu muncullah "Dosa, Kota dan Kenangan". ( anda
bisa renungkan metafora ini) .
lagu-lagu dalam album ini ibarat
lagunya Iwan Fals versi modern. Jika dulu Iwan Fals bercerita cinta
atau mengkritik kehidupan sosial hanya dengan modal gitar dan instrumen
seadanya, maka sekarang Silampukau lewat Dosa, Kota, dan Kenangan
menceritakan semua itu dengan lebih folk, lebih mellow dan lebih
modern.
Akhirnya, jika anda penggemar musik yang berkualitas,
baik secara lirik, tema, dan aransemen, maka album Silampukau - Dosa,
Kota dan Kenangan wajib untuk didengarkan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar